Cerita Herni Widiastuti Inovasinya Sempat Ditentang Lurah

 

Lombok Timur - Perjuangan untuk memajukan posyandu Muhajirin, tidaklah mudah bagi Herni Widiastuti. Inovasi yang digagasnya bahkan sempat ditentang oleh lurah di mana ia mengembangkan posyandu Muhajirin, yakni di Lingkungan Dasan Erot, Kelurahan Kembang Sari, Kecamatan Selong.

Inovasi yang dicetuskan untuk menunjang Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ini dikhawatirkan menjadi bagian dari pungli. Padahal inovasi yang dinamakan G Serbu (Gerakan Seribu Rupiah) dimaksudkan untuk gotong royong penyediaan PMT bagi sasaran posyandu.

"Kami diminta hentikan. Tapi saya angkat bicara karena program ini sudah lama jalan. Program ini juga sudah kami tularkan ke posyandu yang lain," tutur Herni menyebutkan kekhawatiran sang Lurah.

Namun dengan keyakinannya, Herni tetap tak bergeming untuk melanjutkan program G Serbu karena manfaatnya sudah dirasakan oleh sasaran posyandu. Keyakinannya ini ditambah dengan dukungan dari Kepala Dusun dan bukti duplikasi program ini oleh posyandu di tempat lain.

Bahkan inovasi inilah yang membawanya mendapat juara I di NTB dan mewakili Lombok Timur di tingkat nasional dalam Jambore Kesehatan Tingkat Nasional 2023.

Program G Serbu ini dihajatkannya untuk mewujudkan posyandu yang mandiri, tidak ketergantungan dengan dana pemerintah. Terlebih, nilai untuk PMT tidaklah banyak. Hanya Rp 50 ribu, dan tidak diberikan setiap bulan.

Meskipun jumlahnya tidak seberapa, namun anggaran PMT tersebut sangat bermanfaat untuk merangsang kehadiran sasaran posyandu. "Kalau tidak ada PMT, anak-anak nangis," tuturnya.

Kekhawatiran menurunnya kehadiran sasaran inilah yang mendorongnya menginisiasi program ini. Sejak diberlakukan 2018, program ini efektif merangsang minat datang sasaran posyandu, dan tidak pernah terjadi kekosongan PMT setiap pelaksanaan posyandu.

Henri mengakui, tak banyak memang yang terkumpul dari program G Serbu ini. Paling banyak hanya Rp 70.000 karena jumlah sasaran di posyandu Muhajirin kurang dari 100.

Herni yang menjadi kader posyandu sejak 2008 ini menuturkan awal dirinya terjun sebagai kader setelah dirinya membangun PAUD di tahun yang sama. Keprihatinannya pada anak-anak sekitar yang hanya bermain yang mendorong dirinya untuk mendirikan PAUD secara mandiri.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.