Islam, Budaya, dan Identitas Sasak: Meneladani Perjuangan Maulana Syaikh
Lombok Timur - Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor menggelar dialog publik bertema “Islam, Kiai Hamzanwadi, dan Identitas Sasak” di Ruang Rapat Utama I Kantor Bupati Lombok Timur, Sabtu (15/11/2025). Acara ini dihadiri berbagai unsur akademisi, pemerintah daerah, dan organisasi kepemudaan.
Kegiatan tersebut menegaskan bahwa identitas Sasak berakar kuat pada nilai-nilai keislaman. Di dalamnya, TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid atau Maulana Syaikh diposisikan sebagai figur pemersatu Islam dan budaya.
Acara dibuka oleh Bakesbangpol And Geri yang diwakili oleh Kabid Pengkajian Masalah Strategis dan Penanganan Konflik, Agus Ilham Haliq, S.H. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya menjaga persatuan bangsa.
“Jadilah pahlawan di bidang masing-masing,” ujarnya. Ia mengingatkan bahwa persatuan adalah kekuatan utama bangsa dan harus dijaga.
Pada sesi dialog utama, Abdul Hadi, Ph.D. Cand., menjelaskan bahwa Maulana Syaikh layak dijadikan figur pemimpin masyarakat Sasak. Menurutnya, masyarakat Sasak secara historis tidak mengenal satu pemimpin tunggal, sehingga figur pemersatu sangat dibutuhkan.
Pandangan tersebut diperkuat oleh Prof. Dr. H. Khirjan Nahdi, M.Hum., yang menilai perjuangan Maulana Syaikh sebagai perjuangan holistik. Ia menyebut bahwa perjuangan tersebut merangkul agama, bangsa, dan negara melalui instrumen organisasi masyarakat.
Prof. Khirjan juga mengajak peserta untuk tidak berhenti pada kebanggaan simbolik. Ia menantang mahasiswa untuk melakukan kontribusi nyata.
“Kita begitu membanggakan Hamzanwadi, namun pertanyaannya adalah apa yang sudah kita perbuat?” katanya.
Ia pun mendorong mahasiswa agar aktif menulis tentang Maulana Syaikh agar kiprahnya semakin dikenal luas.
Pemateri berikutnya, Lalu Muhammad Ariadi, MA.Hk., menutup sesinya dengan menyerukan ajakan kepada peserta. Ia meminta agar nilai-nilai ajaran Maulana Syaikh diamalkan secara baik dan benar.
Ketua BEM IAIH Pancor, Saefullah, menegaskan relevansi pemikiran Kiai Hamzanwadi sebagai pembaharu yang memadukan Islam dan budaya Sasak. Ia menyebut bahwa generasi muda tengah menghadapi tantangan berupa lunturnya moral dan melemahnya identitas.
Wakil Rektor III IAIH Pancor, Dr. H. Abdul Hayyi Akrom, M.Pd., mengajak peserta meneladani perjuangan dua Pahlawan Nasional asal NTB. Ia menyebut bahwa Maulana Syaikh dan Sultan Muhammad Salahuddin telah menjadi pendorong penguatan identitas dan persatuan.
Dialog publik ini diharapkan menjadi fondasi penguatan pembangunan Lombok Timur, NTB, dan Indonesia. Upaya tersebut dilakukan melalui integrasi nilai perjuangan pahlawan, ajaran Islam yang mencerahkan, dan identitas budaya Sasak yang berakar keislaman.





Post a Comment