KPA Lotim Kembali Aktif Tangani Masalah HIV/AIDS

 


Lombok Timur - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten  Lombok Timur yang sempat mati suri, kini aktif kembali. Kepengurusan baru mulai bergerak cepat untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS.


Ketua Sekretariat KPA Lombok Timur, Mahendra Setiawan, mengatakan bahwa pihaknya saat ini mulai melakukan pendataan terhadap Orang Dengan HIV (ODHIV). Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan skrining terhadap individu yang memiliki riwayat kontak dengan ODHIV. Termasuk kelompok kunci seperti WPS (Wanita Pekerja Seks), LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki), dan pengguna narkoba suntik.


"Dengan pendataan itu kita bisa melaksanakan rencana kerja yang optimal," ujar Mahendra.


Mahendra juga menyoroti pentingnya peningkatan kewaspadaan terhadap penyalahgunaan narkoba, terutama yang menggunakan jarum suntik. Menurutnya, penggunaan narkoba kerap meningkatkan perilaku seksual, sehingga memperbesar kemungkinan penularan HIV.


"Teman-teman penjangkau terus kita dorong untuk melakukan skrining terhadap pengguna jarum suntik. Ini bagian dari upaya pencegahan," tambahnya.


Namun demikian, Mahendra mengakui bahwa proses pendataan masih menghadapi sejumlah kendala, terutama karena stigma sosial yang tinggi. Banyak penderita yang belum siap terbuka atau bahkan menolak status positif mereka.


"KPA bukan hanya hadir untuk skrining dan memberikan obat, tapi juga untuk memberikan edukasi, termasuk mendorong keterbukaan dan penerimaan diri," jelasnya.


Kepala Bidang P3KL Dinas Kesehatan Lombok Timur, Budiman Striadi, menyebut pentingnya kolaborasi dalam penanganan HIV/AIDS. Paradigma negatif dalam sosialisasi menjadi tantangan yang harus dituntaskan bersama.

Data terakhir di Dinas Kesehatan Lombok Timur terdapat sekitar 500 ODHIV. Namun angka itu masih akan diverifikasi kwmbali untuk mengetahui berapa yang masih hidup dan menjalani pengobatan.


"Kasus baru yang ditemukan 53 kasus. Ada usia sekolah juga positif, sehingga akan dijadwalkan untuk sosialisasi di sekolah," terangnya.

 
Dari 53 kasus baru yang ditemukan, kelompok LSL menjadi penyumbang terbanyak dengan 35 kasus.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.